Inilah perjuangan mujahidin Indonesia, mempertahankan Dien dan kehormatan mereka dengan segala kekuatan ytang dimilikinya

ungguh peperangan antara orang beriman melawan orang kafir bersama pengekor mereka akan terus berlanjut sampai hari Kiamat. Baru-baru ini, terjadi penyerangan kepada saudara-saudara kita mujahidin fie sabilillah oleh sekolompok anshor thagut, Densus 88 laknatullohi ‘alaihim.
Densus 88 ini dibentuk dan didanai oleh sekutu kafir Australia dan Amerika. Mereka juga mendapatkan pelatihan dari dua Negara kafir tersebut. Mereka mendidik Densus menjadi seperti anjing yang suka menggigit dan berperilaku biadab terhadap manusia.
Sepak terjang Densus yang brutal ini, bagi orang yang masih memiliki hati ia itu tidak lain adalah mesin pembunuh. Musuh bagi semua umat islam. Namun, bagi orang munafik, pengekor dan kafir; Densus adalah teman setia mereka.
Masyarakat muslim Indonesia sebetulnya sudah muak dengan kelakuan Densus 88 yang keji ini. Sehingga, tuntutan pembubarannya sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Akan tetapi, pemerintah masih memainkan satu sandiwara yang sebenarnya sudah basi, yaitu dengan menjual isu terorisme. Dus, Densus 88 sebagai tim yang di juluki sebagai Datasemen Khusus 88 (Densus 88) anti terror, ingin memperlihatkan kehebatannya, dengan membunuh dan menangkap saudara kami mujahidin yang lemah.
Penangkapan diawali pada Selasa (7/5/2013) sekitar pukul 15.30 WIB, berjumlah 1 orang, bernama Wiliam Maksum alias Acum alias Dadan ditangkap tim Densus 88 Antiteror Polri di Jalan Cipacing, Bandung, Jawa Barat.
Kemudian, Rabu (8/5/2013) sekitar pukul 10.00 WIB thagut Densus 88 mengepung 4 orang di rumah kontrakan bapak Suhanda, di Bandung, Jawa Barat. Proses penyerangan dan pengepungan sejak pukul 10.00 WIB sampai 18.30 WIB. Tiga orang terbunuh sebagai syahid dan seorang tertawan. Pengepungan selama 8 jam lebih, terhadap empat orang Mujahid itu!
Mereka yang syahid itu adalah, Budi Syarif alias Angga, Sarane dan Jonet Encek. Sementara satu orang yang tertawan dalam kondisi hidup adalah Haris Fauzi alias Jablud.
Di hari yang sama, tempat yang berbeda, pada pukul 15.30 WIB di Kendal, Jawa Tengah. Densus 88 juga mengepung 3 Mujahidin, Abu Roban dan dua rekanya Puryanto dan Iwan. Dalam pengepungan itu diberitakan bahwa Abu Roban mencoba melawan, sehingga beliau dibunuh oleh Densus 88, dan beliau mendapat syahid.
Sedangkan menurut sumber yang lebih kuat, sebenarnya Abu Roban dan adiknya, Supiyanto sedang berboncengan naik sepeda motor karena ada suatu keperluan. Masyarakat setempat mengatakan bahwa siang itu ada banyak orang berpakaian hitam, mereka itu sebenarnya adalah aparat.
Jenazah Asy-Syahid Abu Roban
Jenazah Asy-Syahid Abu Roban
Kemudian, seorang saksi mata menceritakan Abu Roban dan Adiknya lewat, dan dihadang gerombolan aparat, Abu Roban dan Supiyanto ditendang hingga keduanya jatuh tersungkur.
Keduanya ditodong dengan senjata dan dibentak, “Jangan begerak!!” tak berapa lama, “Doorrr…!!!” suara tembakan peluru yang menumpahkan darah suci mujahid kita. Abu Roban dikabarkan terbunuh sebagai syahid. Akan tetapi, adiknya, Supiyanto ikut di tangkap, namun tidak ada kabar apakah masih hidup atau terbunuh.
Kemudian, masih pada tanggal (8/5/2013), di tempat berbeda pula, pada pukul 17.00 WIB Densus 88 juga menagkap 1 mujahid, yaitu Faisal alias Boim, di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Jawa Barat.
Juga 3 orang mujahid; Agung, Agus Widharto, Iman diwilayah Serpong, Meruya, dan Pamulang, semuanya ada di Jawa barat.
Setelah itu, Densus 88 menangkap1 orang Mujahid bernama Endang dan mengambil uang tunai 25.480.000 Rupiah, pada pukul 20.00 WIB di Ciputat, Tangerang Selatan, Jawa Barat.
Kemudian menangkap 2 orang yaitu Wagiono dan Farel, pada Pukul 18.00 WIB, di Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah. Wagino dan Farel di kepung pada pukul 18.00 WIB. Saudara kita ini melawan demi mempertahankan diri dan Dien mereka, sehingga terjadi pertempuran yang tidak imbang. Antara dua Mujahid dengan senjata apa adanya, melawan Densus 88 yang memiliki banyak senjata dan amunisi. Mereka berdua baru bisa dilumpuhkan pada hari Kamis pagi (9/5/2013), sekitar pukul 07.30 WIB.
Penyerangan mujahidin di Kebumen
Penyerangan mujahidin di Kebumen
Dari hasil penangkapan Wagino dan Farel, Densus 88 kembali menyerang 5 mujahidin lainnya, di Serang, Banten. Slamet dan Budi ditangkap dalam keadaan hidup, sementara Bastari, Toni, dan Bayu alias Ucup mereka bertiga terbunuh sebagai syahid.
Sementara di Lampung, Sumatera Selatan, mujahidin yang ditangkap 4 orang. Diantaranya Solihin alias Abdul Latif alias Dino aliasa Wawan, Muhammad Ali alias Andika alias Dika alias Dwi, Dedy Rofaizal alias Faisal alias Jaka, dan Abu Nabila alias Bang Yos.
Sedangkan ada lagi baru-baru ini, 2 saudara kita mujahidin yang lainnya turut tertangkap, pada hari Selasa (14/5/2013), di dua tempat yang berbeda. Mereka adalah Samidi alias Arifin yang ditangkap di Purwokerto dan Slamet Pilih Utomo di Surakarta, Jawa Tengah.
Ditambah salah 1 orang lagi dari keponakan Ust. Abu Bakar Baasyir, yaitu Nuaim Baasyir yang juga ditangkap pada hari Selasa sore (14/05/2013), dengan tuduhan dari aparat karena memberikan pertolongan untuk menyembunyikan Slamet Pilih Utomo pada hari Selasa (14/05/13), di Solo, Jawa Tengah.
Jumlah total mujahidin yang diserang 27 mujahidin, dengan rincian, yang menjadi aseer: 20 mujahid. Dan jumlah yang terbunuh sebagai syahid: 7 mujahid. Sedangkan 1 Mujahid (Supiyanto, adik Abu Roban) tidak diketahui kabarnya. Innalillahi wa inna ilahi raji’un…
Padahal sebelum rentetan kejadian ini, pada hari Jum’at (03/05/2013), 2 saudara kita, Jainal alias Asep dan Ovie ditangkap oleh Densus 88. Dan 1 orang Muslimah bercadar bersama anaknya di Jl. Bangka, Pela Mampang, Jakarta Selatan. Mereka dituduh oleh anshar thagut merencanakan serangan di Kedutaan Besar Myanmar, di Jakarta.
Semoga Alloh menerima amal mereka yang syahid, mengampuni mereka dan memuliakannya, membalas mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya, Jannah Firdaus. Dan semoga Alloh memberikan pertolongan kepada mujahidin yang menjadi aseer. Laa haula walaa quwwata illaa billaah…

Penangkapan oleh anshor thagut yang dipamerkan lewat televisi

Perlu diketahui, bahwa penyergapan khususnya di Bandung itu dibuat layaknya sesuatu yang luar biasa dan hebat, dengan cara disiarkan oleh stasiun televisi swasta TV One. Hal ini sudah diperkirakan, agar otak masyarakat Indonesia teracuni oleh isu teroisme, dan akhirnya membenci mujahidin.
Hal ini juga yang dulu terjadi pada pengepungan di wilayah temanggung, Jawa Tengah, beberapa tahun silam. Waktu itu, seorang Mujahid yang dikeroyok dan dibrondong peluru oleh puluhan kafir Densus 88, padahal ia hanya seorang diri dan hanya membawa sendok makan di dalam rumah. Di siarkan live di TV selama 17 jam, supaya seolah-oleh Densus 88 adalah hebat dan pemberani, padahal tidak.
Penyerangan dan pengepungan kepada mujahidin akhir-akhir ini, memang ada isu yang kuat, bahwa itu merupakan pesanan dari Dubes Myanmar. Hal ini seiring dengan gejolak Umat Islam di Indonesia yang marah akibat pembantaian yang telah dilakukan oleh Kafir Budha di Myanmar.
Umat Islam Indonesia mengecam keras atas pembantaian terhadap saudara muslim di Myanmar. Dan beberapa pihak akan mengancam seluruh keselamatan orang budha di Indonesia, sebagai balasan ancaman terhadap mereka.
Tidak hanya itu, selain karena antho densus 88 yang sudah mulai dibenci banyak masyarakat muslim Indonesia, sehingga seolah-olah Densus 88 ingin memperlihatkan kehebatannya dan supaya muncul kesan Densus masih dibutuhkan dan memiliki eksistensi.
Toh, nyatanya densus 88 juga takut menghadapi tantangan tanding di Gunung Biru di Sulawesi Selatan, oleh Amir Mujahidin Indonesia, Abu Wardah alias Santoso Hafizhahulloh.

Sekilas tentang Abu Roban yang syahid terbunuh

Abu Roban alias Bambang Nangka alias Untung, dianggap bukan orang baru dalam jajaran mujahidin Indonesia oleh anshar thagut. Beliau juga diakui memiliki kemampuan sejajar dengan Santoso, Amir Mujahidin Indonesia bagian timur, yang sekarang (15/05/2013) masih ada di gunung biru, Sulawesi selatan.
Bila di wiliyah timur ada Mujahidin Indonesia Timur yang dipimpin Syaikh Abu Wardah Az-Zarqawiy Al-Indunesiy alias Santoso, maka di wilayah barat ada Mujahidin Indonesia Barat yang dipimpin Abu Roban.
Asyh-Syahid—kama nahsabuhu—Abu Roban diakui oleh rekan-rekannya sebagai  Amir Mujahidin Indonesia Barat, yang di deklarasikan secara rahasia di Bandung. Sedangkan pimpinan keduanya (Abu Wardah dan Abu Roban) adalah Abu Omar, menjadi aseer sejak tahun 2010.
Abu Roban terbunuh merupakan hasil dari makar anshor thagut yang telah mengadakan penangkapan besar-besaran dari mujahidin Beji, Bojonggede, Tambora, dan Bekasi pada beberapa bulan yang lalu.

Anshar thagut itu menendang seorang mujahidin yang sedang sholat ketika menangkap!!!

Ini bukan kejadian yang luar biasa bagi kafir Densus 88, dibandingkan dengan kekejian mereka terhadap mujahidin yang lemah.
Peristiwa ini menimpa saudara kita Iwan. Nama lengkapnya adalah Purnawan Adi Sasongko, seorang mujahidin yang dinilai teroris oleh anshar thagut itu ditangkap dengan cara pintu rumahnya di dobrak. Kemudian bandit Densus 88 mendapati beliau sedang sholat, yaitu dalam keadaan ruku’. Anjing Densus itu mendatanginya dan menendangnya, hingga Iwan sasongko jatuh tersungkur. Anjing Densus 88 tidak berhenti sampai disitu, ia masih menginjak-injak saudara mujahidin kita ini. Astaghfirulloh…
Tidak berhenti sampai disitu saja kebiadaban Densus 88 itu, mereka juga melarang Istrinya memakai jilbab dan membentak dengan bejat kepada anak-anak dan Istri Iwan. Sambil menodong dengan senapan kepada anak dan Istri Iwan, mereka mengatakan, “Diam kamu….!!!”
Laa haula walaa quwwata illaa billah…
Densus 88 berbuat aniaya terhadap warga sipil dan ana-anak yang tidak bersenjata, sambil melecehkan syariat Islam dengan menendang orang sholat dan melecehkan kehormatan wanita dengan melarangnya memakai jilbab. Ini adalah kezhaliman yang sangat besar.
[Kronologis]
Dari kesaksian Ibu Ida (nama samaran), tetangga dari Iwan, bahwa sore itu sebelum penangkapan Iwan, ada dua orang yang menanyakan kepribadian Iwan. Ibu Ida mengira mereka adalah teman Iwan. Tak disangka, ternyata ada empat orang lagi yang mendatagi dua orang tadi. Salah satu diantaranya ada yang memiliki paras orang Kafir Ambon dan memakai kalung salib.
Ibu Anis, tetangga Iwan, menceritakan sebagaimana yang didengar dari Bu Rini (Istri Iwan), bahwa Iwan sholat maghrib dirumah, karena badannya sakit dan kelelahan setelah musafir. Iwan sholat maghrib bersama anaknya Hasan (6 tahun). Tiba-tiba dengan kebejatannya Densus 88 langsung mendobrak pintu depan, samping dan belakang rumah Iwan.
Pintu rumah Iwan yang ditendang Densus 88
Pintu rumah Iwan yang ditendang Densus 88
Ibu Rini (Istri Iwan), ikut menceritakan pula bahwa, “…Saat semua pintu didobrak, mas Iwan masih sholat dalam keadaan berdiri. Lalu saat ruku’ itu, mas Iwan ditendang dari belakang kemudian kepalanya ditutup dengan helm milik mas Iwan. Tak hanya itu saja, setelah jatuh, mas Iwan juga diinjak-injak kemudian diikat tangannya kebelakang dengan tali putih…”
Sebelum Iwan dibawa keluar, dirinya dan ketiga anaknya, Hasnah (1 tahun), Hafshah (4 tahun) dan Hasan (6 tahun) disuruh Densus 88 terlebih dulu. Namun saat dirinya mau mengambil dan memakai jilbab tidak dibolehkan Densus 88. Bahkan anaknya, Hasan yang saat itu menangis karena melihat orangtuanya diperlakukan biadab oleh Densus 88 malah dibentak-bentak dan disuruh diam sambil ditodong senapan laras panjang.
Ibu Rini melanjutkan ceritanya, “…Saat saya mau makai jilbab kok gak boleh. Bahkan anak saya ditodong senapan panjang oleh Densus…”
Densus 88 kemudian mendatangi rumah orang tua Iwan dan menunjukkan kepadanya tas ransel biru yang berisi penuh dengan uang. Padahal saat keluar dari rumah Iwan mereka tidak membawa apa-apa. Densus 88 ingin menuduh Iwan sebagai perampok dihadapan orang tua Iwan.[1]

Polisi: “Ada perlawanan balasan”

Pada hari Senin, (13/5/2013), melalui berbagai sumber berita nasional, polisi mengaku mendapatkan serangan balasan dari salah seorang yang berinisial SL. Polisi mengatakan, “Ini merupakan salah satu dari serangan balasan, karena ada penangkapan dan pembunhan terhadap sejumlah teroris (baca: mujahidin).”
Dari beberapa saksi mata, “Perlawanan Balasan” itu dilakukan oleh 1 orang yang gagah berani dan mencari syahadah.  SL melakukan serangan terhadap sebuah kantor polisi di Jl. Mitra Batik, kota Tasikmalaya, Jawa Barat.
Senin (13/5/2013) sekitar pukul 19.00 WIB, pos polisi lalu lintas didatangi SL menggunakan sepeda motor dan berhenti di depan pos polisi. SL melemparkan sebuah benda mirip termos kecil ke dalam pos, diduga itu adalah bom, namun tidak meledak.
Di dalam pos ada polisi, melihat kejadian ini keduanya lalu mengejar SL yang meninggalkan motor yang dikendarainya. Akhirnya, polisi berhasil menemukan SL yang tengah bersembunyi. Saat kedua polisi bersama beberapa warga setempat akan menghampiri SL, ternyata ia tengah bersiap untuk menembak dengan menodongkan sebuah pistol rakitan sejenis FN.
Namun, qadarulloh, pistol SL macet saat hendak ditembakkan ke arah kedua polisi. Salah seorang polisi, Aiptu Wijartono pun hendak menangkap SL, tetapi ia menjatuhkan pistolnya dan mengeluarkan sebilah golok yang kemudian membacok beberapa kali tubuh Aiptu Wijartono.
As-Syahid, SL
As-Syahid, SL
Melihat rekannya dibacok, Wahyu langsung menembak SL dua kali dengan pistolnya sampai pelaku tersungkur bersimbah darah di lokasi, beliau terbunuh sebagai syahid.
Tetapi, Aiptu Wijartono yang sempat menadapatkan serangan dari SL menjadi kritis dan mengalami luka bacok di kepala, dada, dan tangan. Walhamdulillah…
Kini jumlah mujahidin yang gugur dalam tugas mulia ini bertambah, total menjadi 8 orang syuhadakama nahsabuhu wallohu hasibuhu – . Sedangkan jumlah yang tertawan (aseer) sejak 3 Mei 2013 sampai hari ini 15 Mei 2013 bertambah menjadi 26 orang, dan 1 orang yang tidak diketahui hidup atau mati. Darah dan keringat mereka telah tertumpah… sejarah terus berjalan… diantara mereka adalah pelaku sejarah… Laa haula walaa quwwata illaa billaah… Allohummanshur ikhwanal mujahidin fie kulli makaan… (Abu Isham)

Comments

Popular posts from this blog

hanya lulusan SMP anak ini bisa jadi TNI